Thursday, March 06, 2008

Ayat-Ayat Cinta, the movie

Akhir Februari yang lalu, akhirnya film yang telah lama kutunggu kehadirannya, mulai ditayangkan di bioskop-bioskop. Film ini diangkat dari novel religi berjudul sama yang terbit di tahun 2005, Ayat-Ayat Cinta. Ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy alias Kang Abik. Novel itu sendiri telah menjadi best seller sampai sekarang, dan telah dicetak ulang ribuan copy.

I’m actually not a big fan of that novel (silakan cari di archive blog ini tulisan saya sebelumnya). Tapi fakta bahwa sebuah novel yang sarat akan nuansa Islami, difilmkan, dan ditayangkan di bioskop komersil bersama film-film Hollywood plus film-film horor standar Indonesia lainnya,…benar-benar menggelitik rasa penasaranku.

Aku sudah menunggu film ini tayang sejak akhir tahun lalu. Hal yang membuatku heran, kenapa penayangannya seperti ditunda-tunda. Padahal video klip dari soundtrack film ini yang dinyanyikan jeng Rosa sudah lama wira-wiri di layar kaca. Supaya masyarakat jadi tambah penasaran? Well I must admit, it did work!

February 24th, aku baru sadar bahwa film itu telah diputar di 3 bioskop ternama. Aku merasa kecolongan, karena mereka bilang tayangan perdananya adalah tanggal 28 Februari! Setelah mengikuti festival Cap Go Meh (yang sebenarnya dibatalkan, tapi aku terlalu bersemangat dan tidak sempat membaca koran pagi) di daerah kota tua, aku berhasil membujuk my sista dan bocah 14000, untuk beranjak ke bioskop terdekat. Sayangnya, karena kemacetan dan problem mencari tempat parkir, kami tidak berhasil mendapatkan tiket.. I’m so disappointed and determine to watch that movie no matter what! Hehe, kaya’ obsesi apaan gitu… :D

At the office the other week, sempat ada ajakan untuk nonton bareng rame-rame. Well, karena sekarang aku punya rekan seumuran, dan subord yang hanya sedikit lebih tua, ide itu cukup menarik juga. Sayangnya, karena kesibukan, ide itu menguap begitu saja…

And days goes by, akhirnya di hari Jum’at berikutnya, jadi juga aku menonton film itu. Tadinya sih ingin mengajak banyak orang, kaya’nya enak nonton rame-rame. Tapi karena mendadak, jadi ya cuma bisa berempat saja.

And here it goes… I must say that I kinda like that movie! Terlepas dari fakta bahwa banyak bagian film tersebut yang tidak sesuai dengan novelnya. Sebagai contoh:

  1. Karakter Maria digambarkan selalu memakai pakaian sopan, tertutup dan panjang. Di film sayangnya, yang terlihat adalah Maria yang cukup modis dengan rok selutut dan kemeja/kaos pas badan.
  2. Novel AAC sangat kuat dengan cara penulisan yang manis… Kita bisa merasakan suasana Mesir tergambar dengan jelas hanya dengan membacanya. Di filmnya, walau bersifat audio-visual, aku benar-benar tidak merasakan nuansa Mesir. Bisa dimaklumi karena pengambilan gambar untuk film tersebut dilakukan di India dan daerah kota tua Semarang (ha? Mesir di Semarang?? Becanda ya…)
  3. Penggambaran karakter Fachri oleh Ferdi Nuril terlalu “lembek”… Fachri yang yang kubaca di novel adalah sosok pemuda muslim sederhana yang memiliki prinsip yang kuat, tegas, tapi juga lembut dalam memperlakukan sesamanya. Sedangkan Fachri yang kulihat di film…hm…agak-agak mengecewakan… Terlalu cengeng, klemar-klemer dan terkadang jayus.
  4. Terakhir… aku sangat terganggu dengan suara cempreng Rianti yang memainkan sosok Aisha. Saat dia diam dan memakai cadar, penggambarannya sangat pas sekali. So angel-like.... Tetapi saat dia mulai membuka mulutnya dan bersuara, ugh... the angel just vanish! Rianti dear, would u consider dubbing? :P

Aku juga agak kecewa dengan pemilihan sutradaranya… (Kok Hanung Bramantyo ya??) Selama ini kan dia lekat dengan film-film seperti Get Married atau Kamulah satu-satunya. Pemilihan casting film juga agak membuatku heran…. Tapi…ya masih bagus mas Hanung enggak nunjuk Nirina Zubir jadi Aisha (selama ini Nirina selalu jadi favorit hanung untuk peran utama wanita).

Walau demikian, untuk sebuah film Indonesia, AAC cukup patut diacungi jempol. Genrenya sangat berbeda dengan film-film yang saat ini memenuhi studio bioskop. Kehadirannya seperti membuat kita tersadar, bahwa orang Indonesia tidak cuma bisa bikin film horor atau romansa ABG gak penting. Salut untuk MD Entertainment yang telah berani mengambil risiko dan memfilmkan AAC!

http://www.ayatayatcintathemovie.com/


Labels:

2 Comments:

At 10:30 PM, Anonymous Anonymous said...

hehehe... konon novel yang diadaptasi ke film dibuat karena pada dasarnya manusia Indonesia tradisinya vokal dan visual, bukan literer... jadi maklum aja kalo imajinasi kita jadi terbatasi...

bdw.. kalo sempat baca blog ku juga ya di katakutu.blogspot.com

ganbatte mba Din...

 
At 4:42 AM, Anonymous Daniel oxtav said...

emang keren nih film Ayat-Ayat Cinta, saya sampe beberapa kali rewatch

 

Post a Comment

<< Home